Thursday, October 23, 2008

adsense&makesense

AdsensE & MakesensE

hidup apakah sesuai dengan yang kita inginkan atau kita bayangkan?
Dengan latar berbeda pula, pola pikir tentang hidup orang timur dan orang barat beda. Ciri manusia yang hidup di barat berpikir melawan itu kuat, diam itu lemah, melawan itu cerdas dan pasrah itu tolol.
Semakin gencarnya semua informasi dengan alat media dari televisi, internet, radio dan yang lainnya pola hidup ala barat menyebar cepat. Banyak manusia timur mengalami kebingungan karena roh masih timur dengan berbaju barat.
Mengapa sekarang banyak manusia yang stres, mengapa banyak manusia yang depresi, penyakitan, konflik dan perang, karena intinya mereka terus melawan. Ada yang orang biasa pengen jadi presiden, ada yang sebagai pegawai pengen cepet kaya seperti pengusaha, yang guru pengen jadi kepala sekolah dan lain-lain.
Mereka menolak kehidupan hari ini agar diganti jadi kehidupan yang lebih baik. Memang tidak ada larangan seseorang pengen jadi presiden atau pengusaha atau penguasa, hanya alam mengajarkan, semua ada sifat alaminya.
Seperti ikan sifatnya berenang, burung terbang, kijang berlari. Dan konon dahulu para binatang ini iri pada manusia karena memiliki sekolah. Mereka tak mau kalah, lalu didirikannya sekolah terbang dengan gurunya burung, sekolah berenang dengan gurunya ikan dan sekolah lari dengan gurunya kijang. Setelah mencoba bertahun-tahun semua binatang itu kelelahan. Di puncak kelelahan itu mereka sadar bahwa masing-masing mempunyai sifat alami. Dan puncak pencarian hidup bertemu saat seseorang mulai tahu diri. Semua manusia ketika bertemu dengan persoalan atau penderitaan langsung bereaksi mau dan pengen cepat mengakhirinya. Jenuh langsung cari hiburan, sakit langsung buru-buru berobat. Itulah bentuk nyata dari hidup yang melawan. Apa saja yang dilawan akan bertahan. Ini yang menunjukkan mengapa sejumlah kehidupan tidak pernah keluar dari terowongan kegelapan dan ketidakpuasan....karena terus melawan. Berbeda dengan hidup kebanyakan orang yang penuh perlawanan, dijalan orang-orang yang ingat akan kesadaran akan hidupnya manusia diajarkan dengan tidak melawan, mengenali tanpa mengadili, melihat tanpa mengotak-ngotakkan, mendengar tanpa menghakimi.
Bosan, jenuh, sakit, sehat, susah, senang, sedih semua di coba dikenali tanpa diadili. Mereka yang rajin berlatih mengenali tanpa mengadili, suatu hari akan mengerti. Dalam bahasa inggris mengerti berarti understanding, bila dibalik menjadi standing under.
Seperti kaki meja, meskipun berat ia akan menahan, ia akan berdiri tegak menahan meja.
Hidup itu adalah ketika ada persoalan tidak terburu-buru dienyahkan, penderitaan tidak cepat-cepat disebut sebagai hukuman, tetapi dengan tekun ditahan, dikenali dan dipelajari. Setelah itu terbuka rahasianya, ternyata keakuan adalah akar semua penderitaan. Semakin besar keakuan semakin besar penderitaan, begitu juga sebaliknya.
Keakuan ini yang suka melawan. Ketika kita telah mengerti sedalam-dalamnya sampai keakar-akarnya tentang permasalahan, penderitaan diterangi dengan cahaya kesadaran diri. Tidak ada perbedaan antara mendengarkan burung bernyanyi dan suara orang mencaci. Keduanya hanya didengar, yang bagus tak menimbulkan kesombongan dan yang jelek tak menjadi bahan kemarahan. Pujian berhenti menjadi bapaknya kecongkakan. Makian berhenti menjadi ibunya permusuhan. Di saat melihat hanya melihat, di saat mendengar hanya mendengar. Tak usah khawatir, semua sudah, sedang dan akan berjalan baik. Burung tak sekolah, tak mengenal kecerdasan tetapi terhidupi rapi oleh alam. Apalagi manusia. Tanpa perlawanan paham melalui praktek bukan dengan intelek jika keakuan akar kesengsaraan. Begitu kegelapan keakuan diterangi kesadaran, ia lenyap tidak ada yang perlu dilawan.
Oleh karena itu selama ketidakadilan bertempur dengan keadilan, selama itu pula kehidupan mengalami keruntuhan. Hanya saling mengasihi yang bisa mengakhiri keruntuhan.

Dari rasa dari raba dari raga
Nu legawa

No comments: