Saturday, November 29, 2008

IBU?

surga itu ditelapak kaki IBU.....IBU yang mana?bukan ibu yang mengandung kita sebenarnya tapi Ibu kalbumu....hatimu!

BUNGA-BUNGA-BUNGA

Tak ada yang hidup buat selamanya
Dan tak satupun yang bertahan lama

Ingatlah itu dalam hati

Bunga pasti layu dan mati
Tetapi dia yang memakai bunga itu
Pastilah tak meratapinya buat selamanya

Ada datang ada pergi

Kita bergegas mengumpulkan bunga-bunga
Karena takut bunga-bunga itu dirampas angin lalu

Hidup kita bernafsu, hasrat kita berapi-api karena waktu
Tak ada waktu buat kita tuk mencekam sesuatu dan meremukkannya
Jam-jam berlarian menghilang dengan cepatnya
Sambil menyembunyikan impian-impian dalam gaungnya

Hidup kita singkat

Ia hanya memberikan waktu sedikit buat bercinta

Keindahan manis bagi kita
Karena ia menari mengikuti selayang lagu yang sama dengan hidup kita

Pengetahuan berharga bagi kita
Karena kita tak akan pernah punya waktu untuk melengkapinya

Semua selesai dan berakhir di sorga abadi

Monday, November 24, 2008

KENAPA?

Kita takut kehilangan apa yang kita miliki, entah itu hidup kita, harta benda kita, ataupun tanah kita. Tapi rasa takut ini akan menguap begitu kita memahami bahwa kisah-kisah hidup kita dan sejarah dunia ini ditulis oleh tangan yang sama.

Dan

Manusia tidak perlu takut akan hal-hal yang tidak diketahui, kalau mereka sanggup meraih apa yang mereka butuhkan dan inginkan. nu legawa

MELAYANG

Aku lari bagai kijang dalam bayang-bayang rimbanya
Aku mencari apa yang tak bisa kudapat, aku mendapat apa yang tak kucari
Dalam hatiku keluar dan menari-nari bayangan hasratku sendiri
Bayang kemilau itu melayang
Tak ada lagi bayang dibalik pesona
Kucoba mendekapnya kuat-kuat, ia lucut terlepas dan membuatku tersesat
Aku mencari apa yang tak bisa kudapat, aku mendapat apa yang tak kucari

JASMINE

Mahadewa Yang Agung, maafkan kedua pendosa ini
Angin musim semi ini berkicau dengan ganasnya
Menghalau debu dan daun-daun mati
Janganlah berkata,
Bahwa hidup ini suatu kehampaan
Karena sekali ini telah kami buat perdamaian sementara dengan maut
Dan hanya selama beberapa saat yang cepat melintas ini kami dijadikan baka
Nasib yang luar biasa bagusnya ini menyulitkan kami
Ruang sukar didapat
Dilangit tak berwatas tempat kami tinggal
Sorga kami yang kecil, dimana hanya kedua kami yang baka ini berdiam
Terlalu amat kecil

Semua rasa telah kami dapat, semua kata telah kami dengar….terima kasih hari ini masih sisakan waktunya untuk kami nu legawa

BIOKIMIACINTA 3

Bahasa cinta…bahasa yang lebih tua daripada manusia, lebih kuno daripada padang pasir.

Bahasa yang paling penting yang bisa dipahami siapa pun di muka bumi, dihati mereka.

Bahasa cinta adalah bahasa dunia yang murni, bahasa yang tidak membutuhkan penjelasan, seperti halnya jagat raya ini tidak membutuhkan penjelasan dalam perputarannya di ruang-ruang waktu yang tak berujung.

Dan ketika kau mengerti bahasa tersebut mudah saja memahami bahwa ada seseorang di dunia ini yang menanti-nantimu, entah ditengah gurun atau di desa terpencil atau juga di kota besar.

Dan saat dua orang ini bertemu dan mata mereka beradu pandang, masa lalu dan masa datang tak lagi penting. Yang ada hanya saat ini, serta keyakinan yang amat sangat bahwa segala sesuatu di bawah matahari ini digoreskan oleh satu tangan yang sama.

Tangan yang telah membangkitkan rasa cinta, menciptakan kembaran jiwa untuk setiap orang di dunia.
Tanpa cinta semacam itu, mimpi-mimpi kita tak lagi berarti.

Dari hawa dari rasa dari mata
Nu legawa

Tuesday, November 18, 2008

harta

"dimana hatimu berada, disitulah hartamu berada"

hari ini kulalui dengan mata yang pedih karena debu dan kunci rumah yang patah di injak kaki motor nu legawa

Friday, November 14, 2008

bluesrulez

mainkan apa yang kamu nikmati dan nikmati apa yang kamu mainkan

hari ini dunia baik bagiku.....around2 n around

Monday, November 10, 2008

M A H A D e W A


Cinta dalam arti asmara dapat diungkapkan dalam beragam nuansa kesedihan dan kegirangannya, kekecewaan dan harapannya, kecemasan dan keberaniannya, permainan lembut dan kesungguhan mesranya. Dan perempuan adalah manifestasi dari keindahan yang hanya bisa di sentuh oleh roh, dengan jiwa, karena itu mereka kehilangan arti badaniah, tidak menjasmani dalam kejelitaannya.

Cinta badaniah memiliki arti yang transendental, mengantarkan ke arah cinta yang lebih luhur, ke arah cinta kepada Mahadewa. Dengan demikian ia tidak akan terjatuh ke dalam sikap epikuris atau hedonis yang melewati batas. Ia ingin berada dalam batas-batas kesimbangan, keselarasan dan harmoni. Karena pada hakekatnya hidup adalah keselarasan dan harmoni.

Kita tidak akan berat sebelah dan melewati batas dalam sikapnya yang membelakangi dunia dan menafikan kehidupan duniawi. Dengan kecintaan kita pada dunia ini kan membuat kita memandang bumi tempat kita hidup ini tidak hanya sebagai pentas di mana manusia berperan, tetapi lebih dari itu, sebagai ibu yang mengasihi anak-anaknya, memberi mereka pangan dan kesenangan, meskipun apa yang dapat diberikannya itu jauh dari sempurna. Dan karena ketidak sempurnaan kasih bumi itu, manusia mesti mencintainya, memujanya dengan kegiatan-kegiatan manusiawinya yaitu dengan kerja.

Ya, dengan kerja kita puja bumi ini. Dengan bekerja tidak saja kita menolong bumi juga membantu Sang Mahadewa, karena Dia memanifestasikan diriNya juga dalam kegiatan manusiawi mengasuh dunia ini.

Mahadewa adalah yang Baka(infinit) dan segala ciptaanNya disebutkan sebagai Yang Fana(finit). Yang Baka itu memanifestasikan diriNya dalam Yang Fana ialah dalam beragam bentuk kegirangan di mana-mana, dalam alam, dalam manusia dan segala kegiatan manusiawinya.

Tetapi manifestasi dari Yang Baka itu baru mencapai kesempurnannya yang penuh dalam jiwa manusia. Sebab di sana kemauan Yang Baka bertemu dengan kemauan manusia. Di sana Yang baka itu datang tidak sebagai raja, tetapi datang sebagai tamu. Ia akan menunggu di luar pintu dengan kesabaran yang tak berbatas. Ia tidak akan merusak pintu dengan kekerasan dan kekuasaan seorang raja. Ia tidak akan masuk bila tidak dipersilahkan. Akan dibukakankah pintu untukNya atau tidak?, hal itu dikembalikan pada kemauan bebas dalam jiwa manusia. Bila jiwa manusia dengan kemauan bebasnya membukakan pintu untukNya, maka akan terjadilah pertemuan itu, permesraan itu, dan kemauan pun bertemu dengan kemauan, dalam kasih, dalam kebebasan.

Pertemuan antara kasih dari Yang Baka dan kasih dalam jiwa manusia ini adalah suatu intensi. Tetapi tenggelam dalam intensi ini semata manusia akan kehilangan keseimbangannya. Ia hanya hendak menyatukan diri dengan Yang Baka dalam renungan-renungannya semata, mabuk dalam dunia internalnya sendiri, Sedang Yang Baka, yang memanifestasikan dirinya pula di dunia eksternal, ia lupakan. Maka intensi itu mesti di imbangi dengan ekstensi. Dan ekstensinya adalah merealisasikan Yang Baka itu dalam perbuatan dan dalam segala kegiatan manusiawi.

Dalam kerja, dalam kegiatan manusiawi kita menyatukan diri dengan Yang Baka, membantu Dia dalam pekerjaanNya yang besar mengasuh dunia ini.

Persatuan kita sebagai Yang Fana dengan Yang Baka itu dapat di capai manusia dalam persentuhan mesranya dengan alam, dalam jiwanya sendiri dan dalam kegiatan manusiawinya di tengah kehidupan ini.
Demikianlah Yang Baka ini adalah Kaki Langit Maharaya. Kaki Langit yang tidak hanya berada dalam kesayupan jauh di muka kita, tetapi juga yang ada beserta kita, karena setiap langkah kita menuju kepadaNya selalu bergetar dengan irama kehadiranNya.
Kita telah, sedang dan akan menuju kepadaNya, karena kita adalah saat-saat dalam MaharayaNya yang tak terbatas, saat-saat dalam kepribadian Mahadewa yang besar.
Semoga kita tidak terlalu kecil untuk itu.

Kau rasa, kau sentuh dan kau ingatkan
Nu legawa
What for! & for what?
There’s past not my futurE

Lipu pilo tutuwa ola’u
Lipo pilo ti mu’ata’u
Teto wa’u bilanda
Liyo li mama
To lipu hulondalo

Hulondalo dilate
Olipata’u
Mololo hila’u botiya
Molea mayi lipu’u hulondalo
Wa’u debo motabi olem

Wanu moela mayi lipu’u
Ponu’u ma buyu buyu huto
Wololo dila otahangiya
Mo’otola lipu’u hulondalo

Hei, wololo habarimu uti? Donggo tumumulo yio?
atau mailate, atau mapope, wa’u mololo daa olemu uti?
Nu legawa

Thursday, November 6, 2008

sayonara gaga!

Engkau meninggalkan aku dan aku meneruskan jalanmu
Kukira aku akan meratapimu dan menempatkan arca rupamu semata dalam hatiku, terbuat dari nyanyian kencana.
Tetapi ah, nasibku yang buruk, alangkah singkatnya waktu.
Keremajaan susut tahun demi tahun
Hari musim semi melintas cepat
Bunga-bunga yang rapuh mati dengan rela
dan si bijak memperingatkan padaku
bahwa hidup ini adalah setitik embun di atas bunga seroja.
Akankah kulalaikan semua ini untuk memikirkan seorang yang telah berpaling dariku?
Akan kasar dan bodohlah itu, karena waktu itu singkat.
Maka datanglah
Malam-malamku berhujan dengan kaki-kaki gemertap
Senyumlah, musim gugurku
Datanglah, bulan januari yang lalai, menebar-tebarkan ciumanmu merata.
Engkau datang, dan engkau, dan engkau juga!
Kekasihku semua, kalian tahu, kita sesama fana.
Adakah bijak, mematahkan hati sendiri untuk seorang, yang menjauhkan hatinya?
karena waktu itu singkat.
Adalah enak duduk di sudut merenungkan dan menuliskan dalam sajak
Bahwa engkau seluruh duniaku.
Adalah megah mendekap kesedihan sendiri dan memastikan tak akan terlipur.
Tetapi seraut wajah segar mengintai lewat pintuku dan membukakan matanya memandang mataku.
Aku pun hanya dapat menghapus air mataku dan mengubah nada laguku.
Karena waktu itu singkat

makasih tagore kan kucoba medekap keindahan,
kan kucoba peluk kejelitaanMu
nu legawa

Wednesday, November 5, 2008

apakah kau tahu siapa dirimu?
ketika semuanya kacau....
kita mencari Tuhan.....
tapi kita selalu terlambat...
apakah dosa ketika kita tak mencapai batasmu....
tapi terimalah dimana dunia kamu berada.....

ma kasih Mahadewa tlah sampai juga waktuku
nu legawa

Sunday, November 2, 2008

naon ieu?

naon ieu?

ti nene londo utonu mayi
malo ilowali lou moyingo
dila bo londo ungowale
malo’o dungoheyi bisala
wa’u dila londo ungowale
wa’u bo londo tihedu
tonula u’ilo dungohe mayi
malo polu to duhelu’u
uwanggu mabobolo ayu luhi
dila ti nene tama memulo
moyingo didu opondo liyo
mali kubulu bali liyo
longola yi’o odito hitumula
sama sama
dila hepo landobu
wa’u delo dipo mate bo
perasaan olemu
bo yi’o potiti mulolo
nene didu pona’o de ungowale
utiye bopo ela deli nene
teto leto wawu piyohu
dailayi mowali tulu wawu bohu
otutu dila otawa’u uti
de’utiye lonao deungowale
wanu odiye wa’u mamohe
utiya mamo moli’a hale

ku dengar, ku simak, ku beli……wah enak juga
ma kasih hulondhalo
nu legawa